PENGARUH BUDAYA BULLYING TERHADAP PSIKOLOGI

Pada artikel ini kita akan membahas tentang bullying, bullying berasal dari bahasa Inggris dari kata dasar 'Bully' yaitu, suatu kata yang mengacu pada pengertian adanya “ancaman” yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang yang secara berulang-ulang memanfaatkan ketidak seimbangan kekuatan dengan tujuan menyakiti orang lain baik secara mental maupun fisik. (yang umumnya lebih lemah atau “rendah” dari pelaku). Budaya bully sudah mnjadi kebiasaan antar-remaja khususnya dalam pendidikan dan membuat kualitas pendidikan Indonesia memburuk.
Kebijakan hanya akan berlangsung baik apabila ada langkah yang nyata dari sekolah/ lembaga pendidikan untuk menyadarkan seluruh komponen sekolah betapa bullying sangat mengganggu proses belajar mengajar. Untuk itu salah satu yang bisa dipilih adalah membuat sebuah program anti bullying disekolah.
Berikut ini adalah definisi dari bullying menurut Dan Olweus, penulis dari Bullying at School, Bullying Bisa dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
1. Direct bullying : intimidasi secara fisik, verbal.
2. Indirect Bullying: isolasi secara sosial.
Peristiwa bullying sangat berpengaruh terhadap psikologis anak karena bullying tidak selalu berlangsung dengan cara berhadapan muka. Di sekolah banyak peristiwa bullying yang justru berlangsung di belakang teman. Misalnya menyebarkan kabar buruk yang membuat reputasi orang lain menjadi jatuh atau mengajak orang lain untuk tidak menyukai teman yang lain. Dalam khasus bullying kita akan membahas beberapa khasus budaya bullying yang marak terjadi di kehidupan sehari-hari yang akan diklasifikasikan dalam empat jenis, yaitu:
1. Bullying verbal
2. Bullying Fisik
Bullying fisik adalah segala bentuk bullying yang melibatkan pelecehan atau serangan fisik. Contoh bullying fisik antara lain memukul, mendorong, menjambak, menampar, menendang atau melempari seseorang, merusak, menyembunyikan atau mengambil barang orang lain juga dikategorikan sebagai bullying fisik.
3. Bullying sosial
4. Cyberbullying
Kebiasaan
atau budaya bullying
itu sangat menyakitkan bagi psikologis si korban. Tidak seorangpun pantas
menjadi korban bullying. Setiap orang memiliki hak untuk diperlakukan
dan dihargai secara pantas dan wajar. Bullying memiliki dampak yang
negatif bagi perkembangan karakter anak, baik bagi si korban maupun pelaku
Karakteristik Psikologis Anak Yang Mendapatkan Perlakuan Bullying
- Enggan untuk pergi sekolah
- Mengalami penurunan nilai
- Barang yang dimiliki hilang atau rusak
- Rasa amarah dan benci semakin mudah meluap dan meningkat
- Sulit untuk berteman dengan teman baru
Akibat mendapat perlakuan ini,
korban pun mungkin sekali menyimpan dendam atas perlakuan yang ia alami. Selanjutnya,
bukan tak mungkin, korban Bully, menjadi pelaku Bully pada
anak lain yang ia pandang sesuai dengan tujuannya, yaitu untuk mendapat
kepuasan dan membalaskan dendam. Ada proses belajar yang sudah ia jalani dan
ada dendam yang tak terselesaikan. Kasus Budaya bully di sekolah-sekolah, dimana kakak kelas
melakukan Bully pada adik kelas, dan kemudian Bully berlanjut
ketika si adik kelas sudah menjadi kakak kelas dan ia kemudian melakukan Bully
pada adik kelasnya yang baru, adalah contoh dari pola budaya Bully
Karakteristik Psikologis Pelaku Bullying
- Anak bersikap agresif, terutama pada mereka yang lebih muda usianya, atau lebih kecil atau mereka yang tidak berdaya (binatang, tanaman, mainan).
- Sesekali anak bersikap agresif yang berbeda ketika bersama anda.
- Melakukan tindakan agresif yang berbeda ketika tidak bersama anda (diketahui dari laporan guru, pengasuh, atau teman-teman).
- Ada laporan dari guru/ pengasuh/ teman-temannya bahwa anak melakukan tindakan agresif pada mereka yang lebih lemah atau tidak berdaya
Di
sisi lain, apabila dibiarkan, pelaku bullying akan belajar bahwa tidak
ada risiko apapun bagi mereka bila mereka melakukan kekerasan, agresi maupun
mengancam anak lain. Ketika dewasa pelaku tersebut memiliki potensi lebih besar
untuk menjadi preman ataupun pelaku kriminal dan akan membawa masalah dalam
pergaulan sosial.
Dampak Dari Bullying
- Depresi
- Rendahnya kepercayaan diri / minder
- Pemalu dan penyendiri
- Merosotnya prestasi akademik
- Merasa terisolasi dalam pergaulan
- Terpikir atau bahkan mencoba untuk bunuh diri
- Malas pergi ke sekolah
- Ingin pindah sekolah
Tindakan
Bullying bisa terjadi dimana saja, terutama tempat-tempat yang tidak
diawasi oleh guru atau orang dewasa lainnya. Pelaku akan memanfaatkan tempat
yang sepi untuk menunjukkan “kekuasaannya” atas anak lain, agar tujuannya
tercapai. Seperti sekitar toilet sekolah, pekarangan sekolah, tempat menunggu kendaraan
umum, lapangan parkir, bahkan mobil jemputan dapat menjadi tempat terjadinya Bullying.
Sebagai orang tua, kita wajib waspada akan adanya perilaku bullying pada anak, baik anak sebagai korban atau sebagai pelaku. Beberapa hal yang dapat dicermati dalam kasus Bullying adalah :
Sebagai orang tua, kita wajib waspada akan adanya perilaku bullying pada anak, baik anak sebagai korban atau sebagai pelaku. Beberapa hal yang dapat dicermati dalam kasus Bullying adalah :
1. Enggan untuk pergi sekolah
2. Sering sakit secara tiba-tiba
3. Mengalami penurunan nilai
4. Barang yang dimiliki hilang atau rusak
5. Mimpi buruk atau bahkan sulit untuk terlelap
6. Rasa amarah dan benci semakin mudah meluap dan meningkat
7. Sulit untuk berteman dengan teman baru
8. Memiliki tanda fisik, seperti memar atau luka
Jika menemukan ciri-ciri seperti di atas, langkah yang harus dilakukan orangtua di antaranya:
1. Berbicara dengan orangtua si anak yang melakukan bully terhadap anak Anda
2. Mengingatkan sekolah tentang masalah seperti ini
3. Datangi konselor profesional untuk ikut membantu mengatasi masalah ini
Jika tindakan kekerasan ini masih terus berlanjut
dan tidak ada respons yang baik dari sekolah, pikirkanlah cara lain. Salah satu
pilihan, jika memungkinkan, pindahkan sekolah anak Anda. Dalam situasi yang
ekstrem, mungkin perlu menghubungi polisi atau meminta perlindungan. Namun, hal
yang paling penting adalah mendengarkan komplain anak dan tetaplah membuka
komunikasi kepada mereka.
Bullying tidak boleh diabaikan mengingat dampak psikis dan mental terhadap anak sangat besar.
Bullying tidak boleh diabaikan mengingat dampak psikis dan mental terhadap anak sangat besar.
Pencegahan
·
Pencegahan Bullying Secara Preventif :
1. Sosialisasi antibullying kepada siswa, guru, orang tua siswa, dan segenap lembaga akademika di sekolah.
2. Penerapan aturan di sekolah yang mengakomodasi aspek antibullying.
3. Membuat aturan antibullying yang disepakati oleh siswa, guru, institusi sekolah dan semua civitas akademika institusi pendidikan/ sekolah.
4. Penegakan aturan/sanksi/disiplin sesuai kesepakatan institusi sekolah dan siswa, guru dan sekolah, serta orang tua dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur pemberian sanksi.
5. Membangun komunikasi dan interaksi antarcivitas akademika.
6. Meminta Depdiknas memasukkan muatan kurikulum pendidikan nasional yang sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif anak/siswa agar tidak terjadi learning difficulties.
7. Pendidikan parenting agar orang tua memiliki pola asuh yang benar.
8. Mendesak Depdiknas memasukkan muatan kurikulum institusi pendidikan guru yang mengakomodasi antibullying.
9. Muatan media cetak, elektronik, film, dan internet tidak memuat bullying dan mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengawasi siaran yang memasukkan unsur bullying.
10. Perlunya kemudahan akses orang tua atau publik, lembaga terkait, ke institusi pendidikan/sekolah sebagai bentuk pengawasan untuk pencegahan dan penyelesaian bullying atau dibentuknya pos pengaduan bullying.
1. Sosialisasi antibullying kepada siswa, guru, orang tua siswa, dan segenap lembaga akademika di sekolah.
2. Penerapan aturan di sekolah yang mengakomodasi aspek antibullying.
3. Membuat aturan antibullying yang disepakati oleh siswa, guru, institusi sekolah dan semua civitas akademika institusi pendidikan/ sekolah.
4. Penegakan aturan/sanksi/disiplin sesuai kesepakatan institusi sekolah dan siswa, guru dan sekolah, serta orang tua dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur pemberian sanksi.
5. Membangun komunikasi dan interaksi antarcivitas akademika.
6. Meminta Depdiknas memasukkan muatan kurikulum pendidikan nasional yang sesuai dengan tahapan perkembangan kognitif anak/siswa agar tidak terjadi learning difficulties.
7. Pendidikan parenting agar orang tua memiliki pola asuh yang benar.
8. Mendesak Depdiknas memasukkan muatan kurikulum institusi pendidikan guru yang mengakomodasi antibullying.
9. Muatan media cetak, elektronik, film, dan internet tidak memuat bullying dan mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengawasi siaran yang memasukkan unsur bullying.
10. Perlunya kemudahan akses orang tua atau publik, lembaga terkait, ke institusi pendidikan/sekolah sebagai bentuk pengawasan untuk pencegahan dan penyelesaian bullying atau dibentuknya pos pengaduan bullying.
Solusi Ketika Telah Terjadi Bullying:
1. Pendekatan persuasive, personal, melalui teman (peer coaching).
2. Penegakan aturan/sanksi/disiplin sesuai kesepakatan institusi sekolah dan siswa, guru dan sekolah, serta orang tua dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur pemberian sanksi, lebih ditekankan pada penegakan sanksi humanis dan pengabdian kepada masyarakat
3. Dilakukan komunikasi dan interaksi antar pihak pelaku dan korban, serta orangtua.
4. Ekspose media yang memberikan penekanan munculnya efek negatif terhadap perbuatan bullying sehingga menjadi pembelajaran bagi semua pihak agar tidak melakukan perbuatan serupa.

Kebudayaan bullying yang
kerap terjadi di pendidikan sangat berbahaya bagi perkembangan anak karena pada
umumnya bullying di awali hanya niat unuk bercanda atau bahan leluco saja
tetapi lama kelamaan selalu di bicaraan sehingga menimbulkan perasaan sakit
hati atau dendam sehingga sangat berpengruh terhadap psikologis anak tersebut,
dan sangat berbahaya juga kepada anak yang melakukan tindakan bullying tetapi
di biarkan saja pelaku bullying akan merasa tidak memiliki kesalahan dan akan
terus menindas orang lain bahkan berresiko melakukan kekerasan, agresi maupun mengancam anak
lain. Ketika dewasa pelaku tersebut memiliki potensi lebih besar untuk menjadi
preman ataupun pelaku kriminal dan akan membawa masalah dalam pergaulan sosial.
Setiap
kita memiliki peran dalam memberantas kebudayaan bullying yang kerap terjadi di
lingkungan pendidikan bahkan lingkungan sekitar kita dan harus selalu
megajarkan atau menanam sifat kepada anak atau adik kita bahkan setiap saudara
kita yang masih kecil untuk menghormati,mengahargai, dan perduli kepada sesama bahkan
lingkungan sekitar kita.
Komentar
Posting Komentar